Rasa
takut kita untuk salah lebih sering menjadikan kita salah daripada betul. (Mario Teguh)
Sejatinya manusia hanyalah perencana
yang sudah menjalin kerjasama dalam proyek besar dari Allahu Akbar. Setiap kita
telah di danai dengan kecukupan yang tak bisa dihitung jari. Semenjak investasi
ini manusia setujui saat Allah bertanya, “Bukankah
Aku ini Tuhanmu?”. Saat itu setiap kita menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi”. Dan proyek itu adalah
kehidupan ini, hari-hari yang kita jalani.
Dalam sebuah episode kehidupan ketika
ditanya bagaimana dia bisa bertahan setelah ribuan kali gagal, seorang Thomas
Alfa Edison menjawab, “Saya tidak gagal, tetapi menemukan 9994 cara yang salah
dan hanya satu cara yang berhasil. Saya pasti akan sukses karena telah
kehabisan percobaan yang gagal”. Begitulah sikap orang gigih yang percaya
kebenaran itu dapat dicapai setelah sabar bangkit dari berkali-kali percobaan
salah.
Kehidupan ini memang serupa
serangkaian keberanian bersikap dalam setiap keadaan. Seperti penemu bola lampu
itu yang memilih untuk terus menghampiri kemungkinan salah, dengan sikap
pantang menyerah yang akhirnya malah menyejarah.
Berbeda dengannya, zaman kini sering
kita dapati orang-orang yang dengan banyaknya masalah yang mendekati, tekanan
penguasa dalam suatu institusi ataupun dengan makin sulitnya pemenuhan hidup
sehari-hari, mereka bukannya berbenah diri. Malah sibuk menyalahkan sana-sini
tanpa melihat kecukupan potensi yang bisa digali. Dan kemungkinan kitalah salah
satu dari mereka.
“Sesungguhnya Allah
tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sebelum kaum itu sendiri mengubah apa
yang ada pada diri mereka”
(TQS. Ar-Ra’d : 11).
Sebuah keadaan atau situasi yang
Allah hadirkan dalam keseharian kita ibarat suatu tawaran pekerjaan yang
berorientasi pada kehidupan setelah mati. Layaknya pekerjaan, selalu ada nilai
investasi dan untung rugi yang harus diestimasi. Begitupun dengan tawaran
Illahi, dimana pada setiap keadaan pasti ada pilihan-pilihan sebagai sarana
pencapaian tujuan. Yang setiap pilihan hanya bermuara pada dua hal, kebaikan
dan keburukan.
Ketika keadaan hidup terasa serba
sulit, biaya harian yang terpaksa harus ngirit, apalagi kalau penghasilan kita
naiknya sedikit-sedikit. Inilah tawaran pekerjaan dari Ilahi yang memungkinkan
kita harus segera berbenah diri. Setidaknya ada dua hal yang mungkin bisa
dijadikan referensi solusi agar saat situasi itu terjadi, kita tidak jadi kacau
apalagi galau. Dua hal itu ialah keyakinan dan kebaikan berfikir atau positif
thinking.
Disaat keadaan mendesak, beban hidup
terasa menghimpit, lalu semua terasa serba sulit. Ini tak ubahnya kita disuruh
membersihkan rumah besar yang mewah. Bila kita melihatnya dari depan, belum
dikerjakan saja rasanya sudah lelah. Tapi lain halnya jika kita melihatnya dari
ketinggian, rumah besar yang mewah itu pasti akan terlihat kecil mungil.
Seperti pula halnya dengan keyakinan. Ketika kita membiasakan diri meyakini
selalu ada kemudahan-Nya bersama kesulitan yang kita hadapi, insya Allah tak
pernah ada galau dari kamus keseharian kita. Karena kita sudah memasrahkannya
pada Yang Esa.
“Karena setelah kesulitan itu ada
kemudahan. Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan.” (TQS. Alam Nasyrah: 5-6)
Namun keyakinan itu harus dibarengi
pula dengan usaha dan doa, agar kemudahan-Nya segera cepat terasa. Bila dalam
perjalanannya kita sudah memaksimalkan segala cara-cara yang baik tapi
kemudahan-Nya belum juga kita jumpa, di sinilah fungsi kebaikan berfikir atau
positif thinking harus turut bekerja.
“Anda mungkin tidak dapat
mengendalikan keadaan, tetapi anda dapat mengendalikan pikiran anda. Pikiran
yang positif menghasilkan perbuatan dan hasil yang positif.” (DR. Ibrahim Elfiky – Motivator
Muslim Dunia)
Oleh karena itu semua, marilah
bersama kita tatap setiap keadaan sebagai tawaran kebijakan dari Sang Penyayang.
Dan sebagai bentuk perlawanan kita dalam menghadapi kesulitannya, ayo kita
jadikan kuatnya keyakinan pada kebesaran Allah dengan langkah kebaikan berfikir
atau positif thinking sebagai solusi cerdasnya.
Wallahu a’lam bishowab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar