Senin, 18 Juni 2012

AYO BELAJAR MELAWAN KEADAAN


Rasa takut kita untuk salah lebih sering menjadikan kita salah daripada betul. (Mario Teguh)

Sejatinya manusia hanyalah perencana yang sudah menjalin kerjasama dalam proyek besar dari Allahu Akbar. Setiap kita telah di danai dengan kecukupan yang tak bisa dihitung jari. Semenjak investasi ini manusia setujui saat Allah bertanya, “Bukankah Aku ini Tuhanmu?”. Saat itu setiap kita menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi”. Dan proyek itu adalah kehidupan ini, hari-hari yang kita jalani.



Dalam sebuah episode kehidupan ketika ditanya bagaimana dia bisa bertahan setelah ribuan kali gagal, seorang Thomas Alfa Edison menjawab, “Saya tidak gagal, tetapi menemukan 9994 cara yang salah dan hanya satu cara yang berhasil. Saya pasti akan sukses karena telah kehabisan percobaan yang gagal”. Begitulah sikap orang gigih yang percaya kebenaran itu dapat dicapai setelah sabar bangkit dari berkali-kali percobaan salah.

Kehidupan ini memang serupa serangkaian keberanian bersikap dalam setiap keadaan. Seperti penemu bola lampu itu yang memilih untuk terus menghampiri kemungkinan salah, dengan sikap pantang menyerah yang akhirnya malah menyejarah.

Berbeda dengannya, zaman kini sering kita dapati orang-orang yang dengan banyaknya masalah yang mendekati, tekanan penguasa dalam suatu institusi ataupun dengan makin sulitnya pemenuhan hidup sehari-hari, mereka bukannya berbenah diri. Malah sibuk menyalahkan sana-sini tanpa melihat kecukupan potensi yang bisa digali. Dan kemungkinan kitalah salah satu dari mereka.   

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sebelum kaum itu sendiri mengubah apa yang ada pada diri mereka” (TQS. Ar-Ra’d : 11).

Sebuah keadaan atau situasi yang Allah hadirkan dalam keseharian kita ibarat suatu tawaran pekerjaan yang berorientasi pada kehidupan setelah mati. Layaknya pekerjaan, selalu ada nilai investasi dan untung rugi yang harus diestimasi. Begitupun dengan tawaran Illahi, dimana pada setiap keadaan pasti ada pilihan-pilihan sebagai sarana pencapaian tujuan. Yang setiap pilihan hanya bermuara pada dua hal, kebaikan dan keburukan.

Ketika keadaan hidup terasa serba sulit, biaya harian yang terpaksa harus ngirit, apalagi kalau penghasilan kita naiknya sedikit-sedikit. Inilah tawaran pekerjaan dari Ilahi yang memungkinkan kita harus segera berbenah diri. Setidaknya ada dua hal yang mungkin bisa dijadikan referensi solusi agar saat situasi itu terjadi, kita tidak jadi kacau apalagi galau. Dua hal itu ialah keyakinan dan kebaikan berfikir atau positif thinking.   

Disaat keadaan mendesak, beban hidup terasa menghimpit, lalu semua terasa serba sulit. Ini tak ubahnya kita disuruh membersihkan rumah besar yang mewah. Bila kita melihatnya dari depan, belum dikerjakan saja rasanya sudah lelah. Tapi lain halnya jika kita melihatnya dari ketinggian, rumah besar yang mewah itu pasti akan terlihat kecil mungil. Seperti pula halnya dengan keyakinan. Ketika kita membiasakan diri meyakini selalu ada kemudahan-Nya bersama kesulitan yang kita hadapi, insya Allah tak pernah ada galau dari kamus keseharian kita. Karena kita sudah memasrahkannya pada Yang Esa.

“Karena setelah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan.” (TQS. Alam Nasyrah: 5-6)

Namun keyakinan itu harus dibarengi pula dengan usaha dan doa, agar kemudahan-Nya segera cepat terasa. Bila dalam perjalanannya kita sudah memaksimalkan segala cara-cara yang baik tapi kemudahan-Nya belum juga kita jumpa, di sinilah fungsi kebaikan berfikir atau positif thinking harus turut bekerja.

“Anda mungkin tidak dapat mengendalikan keadaan, tetapi anda dapat mengendalikan pikiran anda. Pikiran yang positif menghasilkan perbuatan dan hasil yang positif.” (DR. Ibrahim Elfiky – Motivator Muslim Dunia)

Oleh karena itu semua, marilah bersama kita tatap setiap keadaan sebagai tawaran kebijakan dari Sang Penyayang. Dan sebagai bentuk perlawanan kita dalam menghadapi kesulitannya, ayo kita jadikan kuatnya keyakinan pada kebesaran Allah dengan langkah kebaikan berfikir atau positif thinking sebagai solusi cerdasnya.

Wallahu a’lam bishowab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hagia Sophia dan Janji Allah

Hagia Sophia dan Janji Allah Syarif Taghian dalam bukunya, Erdogan: Muadzin Istanbul Penakluk Sekularisme Turki mengisahkan saat Erdogan dit...