Senin, 05 Agustus 2019

Balada Orang-orang Terluka


"Bencilah maksiat tapi sayangi pendosanya. Kritiklah pernyataan tapi muliakan penyampainya. Musuh kita penyakit; bukan penderitanya" (Salim A Fillah)

Sedari adam tercipta, iblis tidak senang dengan kehadirannya. Allah amat menyayangi makhluk baru ciptaan-Nya itu, sampai semua penghuni langit di minta bersujud pada nya. Para hamba yang taat pun bersujud, kecuali iblis. Dia menyanggah permintaan Allah karena cemburu dan angkuh merasa yang terdahulu di cipta sebelum adam. Sebagai makhluk senior, iblis tak mau bersujud pada adam sang makhluk junior. Iblis lupa siapa yang menyuruhnya bersujud, iblis tak lagi taat pada tuhan nya. Karena nya Allah mengutuk iblis dan akan menempatkan nya di neraka sebagai hukuman. Makhluk senior ini pun terluka, dia meminta penangguhan dan mendeklarasikan diri untuk mengajak serta anak keturunan adam ke neraka. Allah pun mengizinkan nya.


Beberapa abad setelah nya, sejarah mencatat nama Abdullah bin Ubay bin Salul sebagai penderita luka berikutnya. Sebelum nya dia adalah orang biasa, bahkan pemuka suku Khozroj yang anggun dan elegan di masa nya. Tidak nampak raut pembangkang karena penampilan nya memang menawan dan memikat hati. Jika dia bicara banyak orang yang percaya dan kagum akan kecakapan nya. Tapi siapa sangka, Abdullah bin Ubay bin Salul adalah orang yang dengan nya Allah turunkan ayat;


"Kamu memohonkan ampun bagi mereka atau tidak kamu mohonkan ampun bagi mereka adalah sama saja. Kendatipun kamu memohonkan ampun bagi mereka sebanyak tujuh puluh kali, namun Alloh sekali-kali tidak akan memberi ampunan kepada mereka." (Qs. at-Taubah: 80)

Saat dia meninggal pun, jenazahnya tidak ada yang mau mensholati saat itu. Nyaris tak bisa di kebumikan bila saja Muhammad Rasulullah tidak menyertai jenazahnya. Hingga saat itu Umar bin Khattab sahabat Rasulullah 'gregetan' melihat kemuliaan akhlak Rasulullah dan berkata geram;

"Wahai Rosululloh, apakah engkau akan sholat untuk jenazah musuhmu, yaitu 'Abdulloh ibn Ubay ibn Salul, yang pernah berkata, 'Jika kita kembali ke Madinah, orang mulia pasti akan mengeluarkan orang yang hina!'? ingatlah bahwa dia juga yang memfitnah dan menyebarkan berita dusta tentang 'Aisyah dan keluargamu tercinta! Ingatlah bahwa dia yang menghasut Anshor untuk tak menolong Muhajirin agar mereka pergi! Ingatlah bahwa dia yang mengolok-olok Alloh, Kitab dan Rosul-Nya, serta mendirikan masjid Dhiror! Ingatlah bahwa dia yang membocorkan rahasia kepada musuh dan membelot lari ketika berperang!"

Padahal Muhammad Saw lebih terluka sebenarnya karena Abdullah bin Ubay, tapi akhlaknya lebih mulia dari sekedar mengikuti rasa luka. Muhammad Saw pun menjawab pernyataan Umar sahabatnya;

"Seandainya aku tahu bahwa jika aku memohon ampunan lebih dari tujuh puluh kali untuknya, maka Alloh akan mengampuni 'Abdulloh ibn Ubay, niscaya pasti kulakukan."

Abdullah bin Ubay terluka semasa hidupnya karena kedatangan Rasulullah membuatnya merasa terampas hak kehormatan nya atas kaumnya. Bila saja Rasulullah tak datang membawa cinta dan kemuliaan ajaran Islam, dia akan menjadi penguasa pada masa itu untuk kaum nya. Abdullah bin Ubay terluka dan tak terima, jadilah ia pengkhianat dengan segala kecakapan nya.

Romantisme antara luka dan cinta selalu mengikuti alur sejarah kehidupan manusia. Kedua perasaan itu mengalir dan mengiringi setiap episode hidup yang dijalani. Luka sering nya timbul karena rasa tak terima atas peristiwa yang telah terjadi. Sedangkan cinta lebih sering hadir karena harapan atas kedamaian dan keadilan itu tercipta sebagai nuansa bahagia di jiwa. Hanya saja para pendengki itu, mereka merawat dan mencintai lukanya sendiri. Hingga luka nya mengendalikan nya dan mengalahkan rasa cinta.

Seperti yang akhir-akhir ini terjadi dan marak dibicarakan. Ada penderita luka yang mengumbar aib nya di ranah publik saat suaminya berpoligami. Ada penderita luka yang mengatakan negara Indonesia bukan negara agama. Ada penderita luka yang marah karena warna bendera negaranya salah lalu mereka merusak hak milik orang lain. Ada pula penderita luka yang menista Allah dan Rosul-Nya setelah sebelumnya dia menghamba pada Allah dan mengikuti ajaran Rosul-Nya.

Mereka orang-orang yang sepenuhnya tak mendapatkan cinta dan kecewa pada yang sudah terjadi pada nya. Mereka lupa, bahwa segala sesuatu yang sudah terjadi itu ada karena diizinkan Allah untuk terjadi. Dan segala sesuatu yang telah Allah izinkan terjadi, pasti padanya ada hikmah dan pelajaran cinta yang luar biasa.

"...Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui" (Qs. al Baqarah: 216)

Sejarah selalu mencatat balada orang-orang terluka sebagai pelajaran berharga bagi manusia. Karena tiada akan ada luka bila semua rasa dikembalikan pada penciptanya sepenuh hati dan kesadaran jiwa. Serta meyakini bahwa ada kebaikan disetiap sesi kehidupan yang terjadi. Namun kita kadang terlupa dan mencari sendiri arti atas apa yang terjadi tanpa menyertakan peran Tuhan. Hingga dengannya Allah hujamkan rasa kecewa dalam dada dan membuat kita merawat luka.

Padahal jika semua dikembalikan pada pemilik sesuatu yang terjadi dan memikirkan kebaikan-Nya, pasti hati akan menjadi tenteram.

"(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram" (Qs. ar Ra'd: 28)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hagia Sophia dan Janji Allah

Hagia Sophia dan Janji Allah Syarif Taghian dalam bukunya, Erdogan: Muadzin Istanbul Penakluk Sekularisme Turki mengisahkan saat Erdogan dit...