Puisi dibawah
ini terlahir dari rahim Pilkada DKI, dimana atmosfir udara kemunafikan amat
kental tercium hingga sejagat negeri merasa berhak mencegat naik tahtanya ideologi
kafir. Selamat menunaikan ibadah puisi!!!
MELEBURNYA
SABDA LANGIT
Kebodohan adalah tarian tolol pembangkangan
ketika pilihan jelas telah disuguhkan-Nya
ucap-Nya bukan referensi semata
pun senda gurau kaum galau
ketika pilihan jelas telah disuguhkan-Nya
ucap-Nya bukan referensi semata
pun senda gurau kaum galau
Ingatkah pesan yang abadi
Janganlah kau mengambil orang yang gelap nurani
sebagai bagian yang titahnya kan kau penuhi
dan sesiapa yang mengikutinya termasuklah dia itu mereka
Janganlah kau mengambil orang yang gelap nurani
sebagai bagian yang titahnya kan kau penuhi
dan sesiapa yang mengikutinya termasuklah dia itu mereka
Nyatalah kini pembodohan masal kenai sasaran di kota
ini
daerah para priyai, intelek juga santri
masih saja jahil murokkab menaungi ubun-ubunmu
hingga aturan-Nya terkesampingkan semata demi perut-perut para penakut
daerah para priyai, intelek juga santri
masih saja jahil murokkab menaungi ubun-ubunmu
hingga aturan-Nya terkesampingkan semata demi perut-perut para penakut
Tidakkah kau punya tuhan langit dan bumi yang terang
berjanji;
“Hai orang-orang mukmin, jika kamu
menolong agama Allah
niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”
“Supaya Allah mengetahui siapa yang menolong agama-Nya”
“Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong agama-Nya”
niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”
“Supaya Allah mengetahui siapa yang menolong agama-Nya”
“Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong agama-Nya”
Namun sabda-Nya kini melebur
hancur bersama pecahnya tawa olok-olokkan para pendosa
dan kita kini hanya bisa menyaksikan sambil mengelus dada
lalu berdoa moga kota ini takkan jadi Rohingya kedua
hancur bersama pecahnya tawa olok-olokkan para pendosa
dan kita kini hanya bisa menyaksikan sambil mengelus dada
lalu berdoa moga kota ini takkan jadi Rohingya kedua
Tidak ada komentar:
Posting Komentar