Rabu, 28 Agustus 2013

FITNAH DAN DARAH

Rabiah adawiyah, saat Ramadhan 1434 Hijriyyah

tercatat sudah dalam sejarah
demokrasi di khianati hak asasi
saat Mesir terpimpin DR. Moursiy
saat para pengkhianat lakukan kudeta
saat dunia dibuat buta berita

taukah di Rabiah adawiyyah sana,
saat presiden yang sah terpilih dikudeta
di culik dan di sandera junta-junta durjana
rakyat Mesir berdemo damai hingga takbir menggema
memenuhi rongga-rongga nafas kota

disana,
tak ada yang hendak mereka pinta
selain pengembalian presiden pada posisi yang semestinya
tak ada yang mereka bawa
selain Al-Quran penenteram jiwa
bukan senjata


disana mereka lama berdiam
bukan karena hendak mengancam
tapi junta durjana diam bungkam
dan segala peliputannya di kecam

disana mereka menginap
mendirikan tenda-tenda dan beritikaf
mereka sholat dan mengaji

taukah saat mereka sholat subuh berjamaah
junta militer durjana menembaki nya
padahal mereka tidak sedang melawan
padahal mereka tidak sedang mengancam
mereka sedang menghadap Sang Pembuat Ancaman
dimana pembela hak asasi ketika itu ?

disana ada fitnah,
militer bilang hanya gas air mata
tapi dunia mengetahui ada darah bersimbah
ada ruas-ruas jalan yang anyir merah
ada kepala-kepala yang pecah
ada mayat-mayat yang rebah
ada manusia-manusia dibakar
banyak jiwa melayang sudah

dimana kebenarannya ?
inilah fitnah dan darah dibulan berkah

duhai dunia,
duhai junta durjana,
duhai para penguasa,
duhai presiden Indonesia,

dimana nurani kalian ?
dimata mata hak asasi ?
dimana logika demokrasi ?

mungkin zaman tlah masuk babak penghabisan
sebentar lagi genderang perang dunia di kumandangkan
ternyatalah Kalamullah Mengingatkan;

"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena
orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa
lagi Maha Terpuji, Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi;
dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu"


Bumi Allah, 15 Syawal 1434 H


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hagia Sophia dan Janji Allah

Hagia Sophia dan Janji Allah Syarif Taghian dalam bukunya, Erdogan: Muadzin Istanbul Penakluk Sekularisme Turki mengisahkan saat Erdogan dit...