Jumat, 04 Januari 2013

KARENA SABAR ITU SIBUK


Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta diguncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS. al-Baqarah [2]: 214)



Sejarah menceritakan bagaimana seorang manusia yang tadinya kaya dan memiliki keluarga utuh, tetap tenang menjalani hari meski setan telah berhasil mencerai-beraikan keluarganya. Dia pun selalu sibuk memindahkan puluhan ulat yang menempel ditubuhnya saat hendak beribadah pada Allah, namun kesibukannya itu tak membuatnya mengeluh apalagi menyalahi nasib. Dia juga selalu sibuk mengadukan semua pada Allah, hingga kisahnya abadi tercatat.

“Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika ia menyeru Tuhan-nya; “Sesungguhnya aku diganggu syaitan dengan kepayahan dan siksaan. (Allah berfirman): “Hantamkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum. Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan (Kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai fikiran. Dan ambillah dengan tanganmu seikat (rumput), maka pukullah dengan itu dan janganlah kamu melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan-nya).”(QS. Shaad : 41-44)

Terceritakan pula bagaimana sibuknya para pejuang kemerdekaan suatu bangsa yang sabar mempersiapkan kemerdekaannya kelak. Mereka selalu sibuk dengan beragam cara dan strategi, meski harus terulang kekalahan dan membutuhkan banyak pengorbanan. Namun pada hakikatnya mereka sabar dalam kesibukannya melihat aliran darah yang tumpah ditangan para penjajah. Mereka sibuk berusaha mengubah penjajahan menjadi kemerdekaan, dengan terus melapangkan dada sabarnya dan meyakini bahwa Allah pasti membantunya.


“(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu; “Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut” (QS. Al Anfaal : 9)

Ketika seorang pelajar menjalani hari dengan kepusingan berbagai disiplin ilmu, ketika para pekerja melalui waktu pergi pagi pulang petang dengan rutinitas tugas-tugas, ketika seorang istri mencurahkan tenaganya menjaga dan merawat rumah tangga juga anak-anaknya, ketika warga bangsa bangga mengikuti aturan pemimpinnya dengan tetap santun menegurnya jika salah. Ketika itu sabar adalah sibuk mempersiakan kesibukan bagi kebermanfaatan yang lebih luas dampaknya.

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas”.(QS. az-Zumar : 10)

Dari itu sabar adalah aktifitas kegelisahan seseorang menuju kesiapan kenyamanannya, dengan cara-cara yang dia anggap penting baginya. Aktifitasnya inilah kesibukan yang membuatnya mampu bertahan dalam situasi apa pun. Tapi karena kemampuan bertahan setiap orang berbeda, maka banyak cara berbeda yang digunakan orang untuk menyamankan dirinya. Namun jika setiap orang menyadari bahwa kenyamanan adalah ketenangan yang mendamaikan, dan tiada ketenangan kecuali dengan mengembalikan semua kegelisahan hidup pada Yang Maha Hidup. Maka kedamaian pun akan mudah dirasakan.

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar Ra’d: 28)

Jika ada yang mengaku telah bersabar namun masih suka mempertanyakan sampai kapan dia harus bersabar, sebenarnya dia belum sepenuhnya bersabar. Karena batasan sabar hanyalah ketika dia merasa nyaman dengan apa yang telah ditetapkan Allah untuknya. Sebenarnya bersabar merupakan manifestasi kesyukuran, yang dimana setiap kesyukuran itu baik. Dan setiap kebaikan yang di ikhlaskan hanya untuk kecintaan pada Yang Maha Baik sajalah yang kebaikannya pasti akan selalu dilipatgandakan-Nya.

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim : 7)     

Oleh karena sabar itu sibuk, marilah menata ulang apa-apa yang selama ini kita anggap buruk sebagai kebaikan yang belum terpecahkan manfaatnya. Sehingga ketika ujian menghadang dan menuntut diri menuruti emosi, ingatlah bahwa setiap keburukan adalah kebaikan selama kebaikannya berada di depan keburukan itu sendiri.

Wallahu a’lam bishowab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hagia Sophia dan Janji Allah

Hagia Sophia dan Janji Allah Syarif Taghian dalam bukunya, Erdogan: Muadzin Istanbul Penakluk Sekularisme Turki mengisahkan saat Erdogan dit...