Selasa, 15 Januari 2013

ANGIN


Hhhuuuusssttt……

Kala kau lewat damai serasa menentramkan, ku ingat sepi dalam bayang-bayang pematang siang yg sunyi, hanya debu desa dan panasnya udara matahari menemani. Sjauh mataku memandang ternyata waktu tertawa melihatku terdiam, merasa aneh denganku yg terdiam, smakin menjauh karenaku yg terdiam, kulihat matanya mengisyaratkn kesombonganku katanya.

Angin itu berlalu setiap waktu, melintasi pori-pori hulu nafas setiap yg bernafas, melalui lembah-lembah gundah setiap masanya, menyambangi ketenangan alam yg terpajang indah. Angin itu diam bukan tanpa alasan, kadang keadaan geografis suatu tempat mengharuskannya berhembus lambat, kadang pada padang yg berpasir dia akan membawa serta debu ke mukamu.
-->


Angin yg kecil berhembus pada udara yg panas pasti selalu dipuji, lain halnya saat kondisi gersang dan dia melintas dengan ketergesa-gesaannya. Tanpa penjelasan dan ilmu banyak kita memakinya.

Akh….andai saja semua mengerti kita hanya makhluk lemah penuh khilaf dan salah, dan rela mengikhlaskn apa yg tlah terjadi. Bilakah angin itu ada kau memakinya, bagaimana bila esok lusa tak dapat lagi kau merasakannya kawan.

Akh…biarkan semua berkata namun angin tetaplah bergerak dan terus bergerak mencari tebing tuk didaki, lembah tuk disebrangi, juga lautan tuk diarungi bersama kepuasan penciptaan-Nya.

Akh….semua ada masanya kawan, semua ada waktunya.

Hhhhhuuuuuussssssstttttt……………………………………..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hagia Sophia dan Janji Allah

Hagia Sophia dan Janji Allah Syarif Taghian dalam bukunya, Erdogan: Muadzin Istanbul Penakluk Sekularisme Turki mengisahkan saat Erdogan dit...