Kamis, 29 Agustus 2019

Yang Terpilih dan Yang Terbuang


“Bersegeralah melakukan amal shaleh sebelum datangnya fitnah seperti malam gelap gulita; pada pagi hari seseorang beriman dan sore harinya menjadi kafir, atau sore hari dia mu’min kemudian pada pagi harinya menjadi kafir. Dia menjual agamanya dengan sedikit dari dunia.” (HR. Ahmad)


“Sungguh indah dan mulia sekali kata-kata ini”, begitulah komentar Umar bin Khattab. Orang yang paling keras permusuhan nya terhadap Rasulullah saat itu, ternyata hati nya amat lembut saat tersentuh ayat indah Al-Quran.

Jadilah dia Al-Faruq, karena berani menampakkan keislaman nya di Mekkah kala itu. Beliau akhirnya terpilih diantara dua nama yang Rasulullah ajukan pada Allah untuk memuliakan Islam.

“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik. Ketahuilah olehmu bahwa sesungguhnya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan kepadamu tanda-tanda kebesaran (Kami) supaya kamu memikirkannya.” (QS. Al-Hadid: 16-17)


Kisah Umar bin Khattab adalah contoh manusia yang terpilih untuk menempuh indah nya jalan dakwah. Hatinya yang berawal keras membatu, Allah lembutkan sebagai penguat kemuliaan Islam dan juga sebagai pelajaran bagi generasi sesudahnya.

Manusia dalam kecenderungan hati nya terbagi atas kaum yang terpilih dan kaum yang terbuang. Beruntunglah mereka yang terpilih, hati nya terjaga di jalan yang benar. Sedangkan mereka yang terbuang, adalah kaum berhati lalai yang pada akhirnya Allah jadikan mati hati mereka dari cahaya kebenaran Islam.

“Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut ? Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat. Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.” (QS. Al-Insan: 1 – 3)

Mereka yang terpilih sejatinya adalah orang-orang beriman yang pandai bersyukur. Mereka menjaga hati nya dari kotoran noda dosa. Meski ada yang bisa melalui pemeliharaan tersebut, ada pula yang tertetes noktah hitam dosa hingga hatinya menjadi sakit.

“Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasul pun dan tidak (pula) seorang nabi, melainkan apabila dia mempunyai sesuatu ke­inginan, syetan pun memasukkan godaan-godaan terhadap keingin­an itu, Allâh menghilangkan apa yang dimasukkan oleh syetan itu dan Allâh menguatkan ayat-ayat-Nya. Dan Allâh Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana, agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh syetan itu, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang keras hatinya. Dan sesungguhnya orang-orang yang zhalim itu, benar-benar dalam permusuhan yang sangat, dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu meyakini bahwa al-Qur’an itulah yang haq dari Rabbmu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya, dan sesungguhnya Allâh adalah Pemberi Petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus.” (QS. Al-Hajj: 52-54)

Mereka yang terpilih tetapi hati nya sakit, adalah mereka yang masih menyimpan keinginan terhadap nafsu duniawi. Mereka mengejarnya hingga tak sadar berbangga diri atas prestasi, cinta jabatan, iri dan dengki. Merekalah orang-orang musyrik dan orang-orang munafik. Mereka memperolok-olok ajaran Islam dan kaum muslimin yang mendakwahkan nya.

“Orang-orang munafik laki-Iaki dan perempuan-perempuan, sebagian dari sebagian yang Iain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma’ruf dan mereka menggenggam tangannya. Mereka telah Iupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik.” (QS. At-Taubah: 67)

“Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman mereka mengatakan: ‘Kami telah beriman’ Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan ‘Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok”. (QS. AI-Baqoroh :14)

“Dan supaya Allah mengetahui siapa orang-orang yang munafik. Kepada mereka dikatakan: ‘Marilah berperang di jalan Allah atau pertahankanlah (dirimu)’ Mereka berkata, ‘Sekiranya kami mengetahui akan terjadi peperangan, tentulah kami mengikuti kamu’ Mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran dari pada keimanan. Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak terkandung dalam hatinya. Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan”. (QS. Ali Imron : 167).

Sedangkan mereka yang terbuang, berasal dari para pemilik hati yang sakit tanpa di obati dan akhirnya mati. Hati yang mati akan mengeras, pemiliknya sudah ditutup penglihatan dan pendengaran nya oleh Allah untuk bisa menyambut cahaya kebenaran. Merekalah orang-orang yang murtad dari Islam dan orang-orang kafir yang banyak menyusahkan kaum muslimin.

“Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, sedang penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.” (QS. Al-Baqarah: 7)
“Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.“ (QS. Al-Baqarah: 217)

“Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar.” (QS. An-Nahl : 106)

Maka orang-orang beriman seharusnya akan selalu terus berusaha untuk menjaga hati nya dari kotoran dosa. Dan mengisi nya dengan ilmu yang bermanfaat sebagai bekal untuk di akhirat kelak.

"Wahai Kumail bin Ziyad. Hati manusia itu bagaikan bejana (wadah). Oleh karena itu, hati yang terbaik adalah hati yang paling banyak memuat ilmu. Camkanlah baik-baik apa yang akan kusampaikan kepadamu. Manusia itu terdiri dari 3 kategori, seorang yang berilmu dan mengajarkan ilmunya. Seorang yang terus mau belajar, dan orang inilah yang berada di atas jalan keselamatan. Orang yang tidak berguna dan gembel, dialah seorang yang mengikuti setiap orang yang bersuara. Oleh karenanya, dia adalah seorang yang tidak punya pendirian karena senantiasa mengikuti kemana arah angin bertiup. Kehidupannya tidak dinaungi oleh cahaya ilmu dan tidak berada pada posisi yang kuat.” (Wasiat Khalifah Ali bin Abi Thalib kepada muridnya, Kumail bin Ziyad dalam Hilyah al-Auliya 1/70-80).

Dari itu semua, mari setiap kita berupaya mengisi hati dengan ilmu yang bermanfaat agar hati kita terjaga dan terhindar dari fitnah akhir zaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hagia Sophia dan Janji Allah

Hagia Sophia dan Janji Allah Syarif Taghian dalam bukunya, Erdogan: Muadzin Istanbul Penakluk Sekularisme Turki mengisahkan saat Erdogan dit...