Teringat kalam murrobi beberapa pekan ke belakang, dia
menceritakan hikmah kebijaksanaan. Tentang seorang janda tukang tenun yang
mempunyai banyak anak pada zaman Nabi Daud. Sepeninggalan suami tercinta, dia
berusaha membuat kain selama beberapa hari untuk kemudian di jual di pasar.
Besar harapannya agar kain itu nantinya segera terjual, agar dia dan
anak-anaknya bisa makan. Sambil menyelesaikan pekerjaannya, dalam hati kecilnya
dia mengeluh pada Allah perihal pahitnya hidup yang dijalani. Sampai pada saat kain
itu jadi, dan harus segera di jual.
Ketika janda itu bersama anak-anaknya pergi ke pasar
hendak menjual kain tersebut, di tengah jalan datanglah seekor burung yang
dengan tiba-tiba mengambil kain itu lalu membawanya pergi. Serta merta mereka
terkejut dan berusaha mengambilnya kembali. Tapi burung itu sudah jauh meninggalkan
mereka.
Janda itu membuncah rasa dan mengeluh bahkan sampai
menyalahi Allah dengan berkata;
“Allah tidak adil…… Allah tidak adil…… “
Kemudian janda tadi akhirnya pergi menemui Nabi Daud dan
mengadukan semua kejadian itu dengan mulut yang masih mengutuk burung yang
membawa kainnya pergi. Juga menyalahi Allah yang menurutnya tidak adil.
Namun belum sempat Nabi berkata-kata, datanglah
sekelompok pelaut membawa sebuah peti. Ketika Nabi menanyakan maksud kedatangan
mereka, salah seorang dari mereka menjawab;
“Tadi ketika kami sedang berada di tengah lautan
lepas, perahu kami bocor dan kami hampir saja tenggelam. Tapi Allah mengirimkan
seekor burung yang membawakan kain pada kami, sehingga kami dapat melanjutkan
perjalanan dan tidak jadi tenggelam. Untuk mensyukuri itu kami telah sepakat
hendak memberikan peti berisi uang ini kepada sang pemilik kain tersebut.”
ALLAHU AKBAR!!!
Kejadian tersebut di atas menggambarkan pada kita
bahwa keadilan Allah sebenarnya meliputi prasangka kita tentang hidup. Karena
Allah lah yang menjadikan kita ada di dunia dan bisa menikmati kekayaan
alamnya, Allah lah yang membuat kita mampu merasakan betapa mahalnya indera
jasmani, Allah jua lah yang Maha Bisa mengobati kegundahan rohani kita.
“Boleh
jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula)
kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang
kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah : 216)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar