Minggu, 03 Maret 2013

Tak Ragu Pada-MU

-->
Kini aku tak lagi ragu pada jelaga kelabu yang kerap meremuk-remuk rindu atas salju yang hangat. Semenjak kalimat-demi kalimat ku teguk bagai anggur di musim hujan, tak lagi rasanya kujumpai ocehan menantang yang selalu berhambur bagai demonstrasi massa ketika penguasa tak lagi punya jiwa yang bijaksana. Sedih itu memang sesekali hadir, tapi catatan-Nya telah abadi menghibur kegelapan malam saat para insom tertawa mencatat tanda-tanda waktu yang kian menua.

Lelahpun selalu beriring debu dibawah hamparan biru bak panggung seni dimana burung-burung kecil meliuk-liuk bebas tanpa dosa. Lalu lalang itu merumitkan detik yang tak kan bertahan lama, tapi selalu acuh dan keluh menghiasi putaran lapisan tanah bumi.

Mengapa rasanya semakin janggal bila celoteh itu menggema dan terus menggema dimana-mana, tidakkah mereka merasa damai dengan tangisan embun pagi yang bertasbih penuh cinta?saat matahari kembali dirangkul senja, lalu malam segera siap menjelang membawa bintang-bintang penghias kesenyapan?atau saat altar maut diperdengarkan dan mayat-mayat dibariskan ketika tanah suci dihanguskan?

Tidakkah merasa malu pada gemericik air yang ketenangannya mampu menghanyutkan berjuta-juta jiwa hingga mereka melayang menuju nirvana entah di entah sana?mampukah kita bicara keteraturan, saat rimbun pegunungan berubah gersang, memerah membara merekah menghanguskan wilayah dengan genangan dalam kesedihan?

Terkadang, tanya dalam hati membuat tawaku menangis dibelukar hiruk pikuk hari-hari. Adakah amarah-Mu tidak menyisakan cinta pada untaian doa malam atau di ribuan sujud diperempat hari saat matahari belum sampai pada ubun-ubunku?tidak mungkin semua sia-sia belaka.

Karena jingga pelangi tidak seberapa indah menceritakan sebetapa megah kasih sayang-Mu, dan semut-semut yang berarak-arakan pada pepohonan, dan kupu-kupu berwarna mewah sekalipun. Tak mampu mengisahkan berapa lembar lagi yang tersisa dari lauh mahfudz-Mu. Dan negeri yang dimana sungai-sungai mengalir di dalamnya adalah nafas mimpi dalam aliran pada nadi urat syaraf manusia. Keindahannya begitu dekat dan bersahabat dengan nurani apabila dia ada dihati.

Jika begitu seharusnya tak ragu pada-Mu setiap yang hidup memenuhi kehidupan pekat ini dan tak perlu menutup buku sijjin itu, karena dalam illiyyin sudah cukup menyejarah sebagai bukti kemahadahsyatan cinta-Mu.   


Kembangan Selatan, 10 Januari 2012, 15:48

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hagia Sophia dan Janji Allah

Hagia Sophia dan Janji Allah Syarif Taghian dalam bukunya, Erdogan: Muadzin Istanbul Penakluk Sekularisme Turki mengisahkan saat Erdogan dit...