Pada
awal tahun ke-8 Hijriyah, Rasululalh SAW menyiapkan pasukan tentara untuk
memerangi tentara Romawi di Muktah. Beliau mengangkat Zaid bin Haritsah menjadi
komandan pasukan. Rasulullah berpesan, "Jika Zaid tewas atau cidera,
komandan digantikan Ja’far bin Abi Thalib. Seandainya Ja’far tewas atau cidera
pula, dia digantikan Abdullah bin Rawahah. Dan apabila Abdullah bin Rawahah
cidera atau gugur pula, hendaklah kaum muslimin memilih pemimpin/komandan di
antara mereka."
Setelah
sampai di Muktah, terjadilah pertempuran yang tidak seimbang, antara tentara
Romawi dengan kekuatan 100.000 pasukan inti yang terlatih berhadapan tentara
kaum Muslimin yang hanya berkekuatan 3.000 pasukan di bawah pimpinan Zaid bin
Haritsah.
Dalam
pertempuran itu ketika Zaid gugur sebagai syahid, Ja’far segera menyambar
bendera Rasulullah sebagai tanda kepemimpinan kini ada padanya. Begitupun saat
satu per satu tangan Ja’far putus ditebas musuh hingga syahid, secepat kilat
Abdullah bin Rawahah merebut bendera komando dan melanjutkan pertempuran.
Walaupun pada akhirnya beliau pun syahid di medan jihad, menyusul dua sahabat
nya yang lain.
Itulah
salah satu kisah pertempuran di medan jihad, bendera adalah lambang
keberlangsungan kekuatan yang masih kokoh, masih gagah melayani serangan demi
serangan musuh walau dalam pergantian kepemimpinan yang cepat. Bendera pun
merupakan nama dari bagian nafas peradaban, yang turut mewarnai kebijakan demi
kebijakan sejarah.
Berpulang
pada sejarah perjuangan di atas, ternyata telah ada kepercayaan penuh yang
dapat menghantarkan seseorang pada titel tertinggi, syahid. Kekokohan keyakinan
akan Kemahabesaran Allah dan ajaran-Nya, yang jua di bawa oleh junjungan mulia
Muhammad Rasulullah saw mampu mengobarkan semangat juang di jalan-Nya. Demi
mempertahankan panji (bendera) Rasulullah yang merupakan perlambangan
perjuangan Islam, mereka tak lagi memperdulikan nyawa yang bisa hilang
tiba-tiba.
Oleh
karena nya, panji (bendera) itu –tanpa pengagungan- menjadi wasilah mereka pada
keridhoan Allah. Dan dengan nya pula mereka mendapatkan surga, karena pada nya
ada filosofi hidup yang kekal. Yaitu dinul Islam. Pun saat mereka melihat musuh
di depan nya berjumlah lebih banyak dan lebih siap dengan kecanggihan yang di
miliki, tak sedikit pun membuat langkah mereka goyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar