Kamis, 16 Januari 2014

Beginilah Kalo Pemimpin Gak Ngaji

“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah,”Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia. Tapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya…” (QS. Al Baqarah: 219)

Pada tanggal 6 Desember 2013 yang lalu telah dikeluarkan Perpres No. 74 tahun 2013 tentang Pengendalian dan Pengawasan Minuman Beralkohol, yang ditandatangani langsung oleh Presiden. Di dalam nya termaktub pengklasifikasian minuman beralkohol menjadi tiga jenis, sesuai dengan besaran kadar alkohol yang dikandungnya. Sayangnya, ketiga jenis minuman alkohol tersebut masih bisa ditemui pada tempat-tempat tertentu.

Walaupun konteks nya harus memenuhi persyaratan, namun peraturan “pengendalian” ini lebih condong pada pelegalisasian ilegal. Kenapa ? karena masih terdapat potensi negosiasi antara pemangku kebijakan daerah (Bupati/Walikota) dengan para pengusaha miras. Apalagi hal ini seolah menjadi sah ketika penetapan pembatasan pengedaran miras dikembalikan kepada Bupati/Walikota/Gubernur sesuai karakteristik budaya lokal setempat.

Anas r.a. berkata, "Sesungguhnya Rasulullah s.a.w. telah melaknat 10 orang yang berkaitan dengan arak; pembuatnya, pengedarnya, peminumnya, pembawanya, pengirimnya, penuangnya, penjualnya, pemakan hasilnya, pembayarnya dan pemesannya." (Riwayat al-Tirmizi no 1295, Abu Daud no 3674, Ibn Majah no 3381 dan Ahmad no 316)


Dengan terbitnya peraturan tersebut, sebenarnya adalah indikasi kelemahan kepercayaan masyarakat atas keberpihakannya pada pejabat publik yang memang tulus memperjuangkan lahirnya peraturan-peraturan Islami di negeri ini. Karena tidak bisa dipungkiri, sadar atau tidak, hanyalah pemimpin yang hatinya terpaut pada Allah sajalah yang kan mampu merealisasikan kebijakan robbani ditengah-tengah masyarakat multikultur ini. Karena para pemimpin seperti itu akan lebih dekat pada pertolongan Allah ketika membuat suatu keputusan atau kebijakan. Karena mereka memimpin atas nama Tuhan, Allah Swt.

“Dan sesungguhnya Kami telah membinasakan umat-umat sebelum kamu, ketika mereka berbuat kezaliman, padahal rasul-rasul mereka telah datang kepada mereka dengan membawa keterangan-keterangan yang nyata, tetapi mereka sekali-kali tidak hendak beriman. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat dosa.” (QS. Yunus: 13)

Menurut sebuah penelitian, di negeri ini setiap harinya kurang lebih ada 50 orang yang meninggal akibat miras. Beginilah kalo pemimpin gak ngaji, gak terlalu peduli jadinya.


Semoga ke depan, masyarakat Indonesia akan semakin membuka mata bahwa keberpihakannya pada para penggiat lahirnya peraturan-peraturan yang menenteramkan hati rakyat sangatlah penting. Dan hanya pemimpin yang selalu ingin berdekatan dengan Allah sajalah yang kan mampu mewujudkannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hagia Sophia dan Janji Allah

Hagia Sophia dan Janji Allah Syarif Taghian dalam bukunya, Erdogan: Muadzin Istanbul Penakluk Sekularisme Turki mengisahkan saat Erdogan dit...