Minggu, 16 November 2014

Keyakinan Itu Menjadi Kenyataan

Puisi di bawah ini saya tulis 2 tahun yang lalu, saat itu sedang ada masalah dipekerjaan. Banyak ketidaksesuaian yang terjadi, ketidakstabilan manajemen hampir di setiap divisi membuat jengah rutinitas kerja. Di kala itulah saya tuliskan puisi ini; 

Antara rela dan tidak,
Ku menanti dibibir waktu yang terbelenggu
Detik yang membisu dikesabaranku
Itu bukan tanpa pilu

Dayaku yang tertata bangga
Bukan buih selemah lembaran debu senja
Bukan tanpa rasa yang berharap seiya

Antara rela dan tidak
Peduli ini terletak dikeseimbangan bijaksana
Beda kata pada aturan yang menyiksa
Dan tekanan itu ternyata meng-ambigu reda

Antara rela dan tidak
Bila aku akhirnya luruh dibeda senja
Menapak berputar dilain roda
Masa itu mungkin kan segera


Karena hidup perlu asa, kawan
Bukan hanya kesabaran tanpa peta pemikiran
Bukan pula ikhlas tertindas

Karena antara rela dan tidak
Semua cara tlah tersulam terpola
Ide tertuang rapi tersimpan aman
Tetap tak ada tanda bangga

Bukan nama atau hormat para penjilat
Yang kan buat kita bernilai, pikirku
Namun ketegasan sikap itulah kebanggaan
Dan permata tidak hanya ada pada satu samudera

(20 Januari 2012 ; 14:18 WIB)


Dan ternyata pada tahun ini, 2014. Rasa jengah itu terbukti dan terjawab dengan keadilan Tuhan. Suatu pelajaran yang berharga bagi saya, bahwa perjalanan keyakinan membutuhkan waktu untuk sampai pada tujuan nya. 

Biarkan saja dulu keyakinan mu bersarang di benak dan membuat gelisah hari-hari, selama keyakinan itu positif. Biarkan waktu menemui nya pada saat-saat terindah yang adil. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hagia Sophia dan Janji Allah

Hagia Sophia dan Janji Allah Syarif Taghian dalam bukunya, Erdogan: Muadzin Istanbul Penakluk Sekularisme Turki mengisahkan saat Erdogan dit...