Puisi di bawah ini saya tulis 2 tahun yang lalu, saat itu sedang ada masalah dipekerjaan. Banyak ketidaksesuaian yang terjadi, ketidakstabilan manajemen hampir di setiap divisi membuat jengah rutinitas kerja. Di kala itulah saya tuliskan puisi ini;
Antara rela dan tidak,
Ku menanti dibibir waktu yang
terbelenggu
Detik yang membisu dikesabaranku
Itu bukan tanpa pilu
Dayaku yang tertata bangga
Bukan buih selemah lembaran debu
senja
Bukan tanpa rasa yang berharap seiya
Antara rela dan tidak
Peduli ini terletak dikeseimbangan
bijaksana
Beda kata pada aturan yang menyiksa
Dan tekanan itu ternyata meng-ambigu
reda
Antara rela dan tidak
Bila aku akhirnya luruh dibeda senja
Menapak berputar dilain roda
Masa itu mungkin kan segera
Karena hidup perlu asa, kawan
Bukan hanya kesabaran tanpa peta
pemikiran
Bukan pula ikhlas tertindas
Karena antara rela dan tidak
Semua cara tlah tersulam terpola
Ide tertuang rapi tersimpan aman
Tetap tak ada tanda bangga
Bukan nama atau hormat para penjilat
Yang kan buat kita bernilai, pikirku
Namun ketegasan sikap itulah
kebanggaan
Dan permata tidak hanya ada pada satu
samudera
(20
Januari 2012 ; 14:18 WIB)
Dan ternyata pada tahun ini, 2014. Rasa jengah itu terbukti dan terjawab dengan keadilan Tuhan. Suatu pelajaran yang berharga bagi saya, bahwa perjalanan keyakinan membutuhkan waktu untuk sampai pada tujuan nya.
Biarkan saja dulu keyakinan mu bersarang di benak dan membuat gelisah hari-hari, selama keyakinan itu positif. Biarkan waktu menemui nya pada saat-saat terindah yang adil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar