"Bencilah
maksiat tapi sayangi pendosanya. Kritiklah pernyataan tapi muliakan
penyampainya. Musuh kita penyakit; bukan penderitanya" (Salim A Fillah)
Sedari adam tercipta, iblis
tidak senang dengan kehadirannya. Allah amat menyayangi makhluk baru
ciptaan-Nya itu, sampai semua penghuni langit di minta bersujud pada nya. Para
hamba yang taat pun bersujud, kecuali iblis. Dia menyanggah permintaan Allah karena
cemburu dan angkuh merasa yang terdahulu di cipta sebelum adam. Sebagai makhluk
senior, iblis tak mau bersujud pada adam sang makhluk junior. Iblis lupa siapa
yang menyuruhnya bersujud, iblis tak lagi taat pada tuhan nya. Karena nya Allah
mengutuk iblis dan akan menempatkan nya di neraka sebagai hukuman. Makhluk
senior ini pun terluka, dia meminta penangguhan dan mendeklarasikan diri untuk
mengajak serta anak keturunan adam ke neraka. Allah pun mengizinkan nya.
Beberapa abad setelah nya,
sejarah mencatat nama Abdullah bin Ubay bin Salul sebagai penderita luka
berikutnya. Sebelum nya dia adalah orang biasa, bahkan pemuka suku Khozroj yang
anggun dan elegan di masa nya. Tidak nampak raut pembangkang karena penampilan
nya memang menawan dan memikat hati. Jika dia bicara banyak orang yang percaya
dan kagum akan kecakapan nya. Tapi siapa sangka, Abdullah bin Ubay bin Salul
adalah orang yang dengan nya Allah turunkan ayat;
"Kamu
memohonkan ampun bagi mereka atau tidak kamu mohonkan ampun bagi mereka adalah
sama saja. Kendatipun kamu memohonkan ampun bagi mereka sebanyak tujuh puluh
kali, namun Alloh sekali-kali tidak akan memberi ampunan kepada mereka."
(Qs. at-Taubah: 80)
Saat dia meninggal pun,
jenazahnya tidak ada yang mau mensholati saat itu. Nyaris tak bisa di kebumikan
bila saja Muhammad Rasulullah tidak menyertai jenazahnya. Hingga saat itu Umar
bin Khattab sahabat Rasulullah 'gregetan' melihat kemuliaan akhlak Rasulullah
dan berkata geram;
"Wahai
Rosululloh, apakah engkau akan sholat untuk jenazah musuhmu, yaitu 'Abdulloh
ibn Ubay ibn Salul, yang pernah berkata, 'Jika kita kembali ke Madinah, orang
mulia pasti akan mengeluarkan orang yang hina!'? ingatlah bahwa dia juga yang
memfitnah dan menyebarkan berita dusta tentang 'Aisyah dan keluargamu tercinta!
Ingatlah bahwa dia yang menghasut Anshor untuk tak menolong Muhajirin agar
mereka pergi! Ingatlah bahwa dia yang mengolok-olok Alloh, Kitab dan Rosul-Nya,
serta mendirikan masjid Dhiror! Ingatlah bahwa dia yang membocorkan rahasia
kepada musuh dan membelot lari ketika berperang!"
Padahal Muhammad Saw lebih
terluka sebenarnya karena Abdullah bin Ubay, tapi akhlaknya lebih mulia dari
sekedar mengikuti rasa luka. Muhammad Saw pun menjawab pernyataan Umar
sahabatnya;
"Seandainya
aku tahu bahwa jika aku memohon ampunan lebih dari tujuh puluh kali untuknya,
maka Alloh akan mengampuni 'Abdulloh ibn Ubay, niscaya pasti kulakukan."
Abdullah bin Ubay terluka
semasa hidupnya karena kedatangan Rasulullah membuatnya merasa terampas hak
kehormatan nya atas kaumnya. Bila saja Rasulullah tak datang membawa cinta dan
kemuliaan ajaran Islam, dia akan menjadi penguasa pada masa itu untuk kaum nya.
Abdullah bin Ubay terluka dan tak terima, jadilah ia pengkhianat dengan segala
kecakapan nya.
Romantisme antara luka dan
cinta selalu mengikuti alur sejarah kehidupan manusia. Kedua perasaan itu
mengalir dan mengiringi setiap episode hidup yang dijalani. Luka sering nya
timbul karena rasa tak terima atas peristiwa yang telah terjadi. Sedangkan
cinta lebih sering hadir karena harapan atas kedamaian dan keadilan itu
tercipta sebagai nuansa bahagia di jiwa. Hanya saja para pendengki itu, mereka
merawat dan mencintai lukanya sendiri. Hingga luka nya mengendalikan nya dan
mengalahkan rasa cinta.
Seperti yang akhir-akhir
ini terjadi dan marak dibicarakan. Ada penderita luka yang mengumbar aib nya di
ranah publik saat suaminya berpoligami. Ada penderita luka yang mengatakan
negara Indonesia bukan negara agama. Ada penderita luka yang marah karena warna
bendera negaranya salah lalu mereka merusak hak milik orang lain. Ada pula
penderita luka yang menista Allah dan Rosul-Nya setelah sebelumnya dia
menghamba pada Allah dan mengikuti ajaran Rosul-Nya.
Mereka orang-orang yang
sepenuhnya tak mendapatkan cinta dan kecewa pada yang sudah terjadi pada nya.
Mereka lupa, bahwa segala sesuatu yang sudah terjadi itu ada karena diizinkan
Allah untuk terjadi. Dan segala sesuatu yang telah Allah izinkan terjadi, pasti
padanya ada hikmah dan pelajaran cinta yang luar biasa.
"...Boleh
jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula)
kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang
kamu tidak mengetahui" (Qs. al Baqarah: 216)
Sejarah selalu mencatat
balada orang-orang terluka sebagai pelajaran berharga bagi manusia. Karena
tiada akan ada luka bila semua rasa dikembalikan pada penciptanya sepenuh hati
dan kesadaran jiwa. Serta meyakini bahwa ada kebaikan disetiap sesi kehidupan
yang terjadi. Namun kita kadang terlupa dan mencari sendiri arti atas apa yang
terjadi tanpa menyertakan peran Tuhan. Hingga dengannya Allah hujamkan rasa
kecewa dalam dada dan membuat kita merawat luka.
Padahal jika semua dikembalikan pada pemilik sesuatu yang terjadi dan memikirkan kebaikan-Nya, pasti hati akan menjadi tenteram.
"(Yaitu)
orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram"
(Qs. ar Ra'd: 28)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar