“Bersegeralah melakukan amal shaleh
sebelum datangnya fitnah seperti malam gelap gulita; pada pagi hari seseorang
beriman dan sore harinya menjadi kafir, atau sore hari dia mu’min kemudian pada
pagi harinya menjadi kafir. Dia menjual agamanya dengan sedikit dari dunia.”
(HR. Ahmad)
“Sungguh
indah dan mulia sekali kata-kata ini”, begitulah komentar Umar bin Khattab. Orang
yang paling keras permusuhan nya terhadap Rasulullah saat itu, ternyata hati
nya amat lembut saat tersentuh ayat indah Al-Quran.
Jadilah
dia Al-Faruq, karena berani menampakkan keislaman nya di Mekkah kala itu.
Beliau akhirnya terpilih diantara dua nama yang Rasulullah ajukan pada Allah
untuk memuliakan Islam.
“Belumkah datang waktunya bagi
orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada
kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti
orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan al-Kitab kepadanya, kemudian
berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan
kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik. Ketahuilah olehmu
bahwa sesungguhnya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya. Sesungguhnya Kami
telah menjelaskan kepadamu tanda-tanda kebesaran (Kami) supaya kamu memikirkannya.”
(QS. Al-Hadid: 16-17)
Kisah
Umar bin Khattab adalah contoh manusia yang terpilih untuk menempuh indah nya
jalan dakwah. Hatinya yang berawal keras membatu, Allah lembutkan sebagai
penguat kemuliaan Islam dan juga sebagai pelajaran bagi generasi sesudahnya.
Manusia
dalam kecenderungan hati nya terbagi atas kaum yang terpilih dan kaum yang
terbuang. Beruntunglah mereka yang terpilih, hati nya terjaga di jalan yang
benar. Sedangkan mereka yang terbuang, adalah kaum berhati lalai yang pada
akhirnya Allah jadikan mati hati mereka dari cahaya kebenaran Islam.
“Bukankah telah datang atas manusia
satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat
disebut ? Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur
yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami
jadikan dia mendengar dan melihat. Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan
yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.” (QS. Al-Insan: 1
– 3)
Mereka
yang terpilih sejatinya adalah orang-orang beriman yang pandai bersyukur.
Mereka menjaga hati nya dari kotoran noda dosa. Meski ada yang bisa melalui
pemeliharaan tersebut, ada pula yang tertetes noktah hitam dosa hingga hatinya
menjadi sakit.
“Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu
seorang rasul pun dan tidak (pula) seorang nabi, melainkan apabila dia
mempunyai sesuatu keinginan, syetan pun memasukkan godaan-godaan terhadap
keinginan itu, Allâh menghilangkan apa yang dimasukkan oleh syetan itu dan
Allâh menguatkan ayat-ayat-Nya. Dan Allâh Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana,
agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh syetan itu, sebagai cobaan bagi
orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang keras hatinya. Dan
sesungguhnya orang-orang yang zhalim itu, benar-benar dalam permusuhan yang
sangat, dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu meyakini bahwa al-Qur’an
itulah yang haq dari Rabbmu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka
kepadanya, dan sesungguhnya Allâh adalah Pemberi Petunjuk bagi orang-orang yang
beriman kepada jalan yang lurus.” (QS. Al-Hajj: 52-54)
Mereka
yang terpilih tetapi hati nya sakit, adalah mereka yang masih menyimpan
keinginan terhadap nafsu duniawi. Mereka mengejarnya hingga tak sadar berbangga
diri atas prestasi, cinta jabatan, iri dan dengki. Merekalah orang-orang
musyrik dan orang-orang munafik. Mereka memperolok-olok ajaran Islam dan kaum
muslimin yang mendakwahkan nya.
“Orang-orang munafik laki-Iaki dan
perempuan-perempuan, sebagian dari sebagian yang Iain adalah sama, mereka
menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma’ruf dan mereka
menggenggam tangannya. Mereka telah Iupa kepada Allah, maka Allah melupakan
mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik.” (QS.
At-Taubah: 67)
“Dan bila mereka berjumpa dengan
orang-orang yang beriman mereka mengatakan: ‘Kami telah beriman’ Dan bila
mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan ‘Sesungguhnya
kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok”. (QS. AI-Baqoroh :14)
“Dan supaya Allah mengetahui siapa
orang-orang yang munafik. Kepada mereka dikatakan: ‘Marilah berperang di jalan
Allah atau pertahankanlah (dirimu)’ Mereka berkata, ‘Sekiranya kami mengetahui
akan terjadi peperangan, tentulah kami mengikuti kamu’ Mereka pada hari itu
lebih dekat kepada kekafiran dari pada keimanan. Mereka mengatakan dengan
mulutnya apa yang tidak terkandung dalam hatinya. Dan Allah lebih mengetahui
apa yang mereka sembunyikan”. (QS. Ali Imron : 167).
Sedangkan
mereka yang terbuang, berasal dari para pemilik hati yang sakit tanpa di obati dan
akhirnya mati. Hati yang mati akan mengeras, pemiliknya sudah ditutup
penglihatan dan pendengaran nya oleh Allah untuk bisa menyambut cahaya
kebenaran. Merekalah orang-orang yang murtad dari Islam dan orang-orang kafir
yang banyak menyusahkan kaum muslimin.
“Allah telah mengunci-mati hati dan
pendengaran mereka, sedang penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa
yang amat berat.” (QS. Al-Baqarah: 7)
“Mereka tidak henti-hentinya memerangi
kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran),
seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari
agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia
amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka
kekal di dalamnya.“ (QS. Al-Baqarah: 217)
“Barangsiapa yang kafir kepada Allah
sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa
kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan
tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah
menimpanya dan baginya azab yang besar.” (QS. An-Nahl : 106)
Maka
orang-orang beriman seharusnya akan selalu terus berusaha untuk menjaga hati
nya dari kotoran dosa. Dan mengisi nya dengan ilmu yang bermanfaat sebagai
bekal untuk di akhirat kelak.
"Wahai Kumail bin Ziyad. Hati manusia
itu bagaikan bejana (wadah). Oleh karena itu, hati yang terbaik adalah hati
yang paling banyak memuat ilmu. Camkanlah baik-baik apa yang akan kusampaikan
kepadamu. Manusia itu terdiri dari 3 kategori, seorang yang berilmu dan
mengajarkan ilmunya. Seorang yang terus mau belajar, dan orang inilah yang
berada di atas jalan keselamatan. Orang yang tidak berguna dan gembel, dialah
seorang yang mengikuti setiap orang yang bersuara. Oleh karenanya, dia adalah
seorang yang tidak punya pendirian karena senantiasa mengikuti kemana arah
angin bertiup. Kehidupannya tidak dinaungi oleh cahaya ilmu dan tidak berada
pada posisi yang kuat.” (Wasiat Khalifah Ali bin Abi Thalib kepada muridnya,
Kumail bin Ziyad dalam Hilyah al-Auliya 1/70-80).
Dari
itu semua, mari setiap kita berupaya mengisi hati dengan ilmu yang bermanfaat
agar hati kita terjaga dan terhindar dari fitnah akhir zaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar